Jakarta, BSSN.go.id – Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Republik Indonesia Hinsa Siburian mengingatkan bahwa tren keamanan siber global menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir, sehingga dampaknya juga dirasakan oleh Indonesia. Tercatat, ada 203.950.480 anomali trafik berstatus compromised mengancam ekonomi digital negara ini.
Hal itu disampaikan oleh Hinsa pada pembukaan acara Forum IndoSec 2023 di Ritz-Carlton Jakarta, Selasa (29/8/2023).
“Berdasarkan hasil monitoring kami (BSSN, red) dari bulan Januari sampai dengan tanggal 27 Agustus 2023 terdeteksi ada 270.139.310 anomali trafik. Dari angka tersebut, sebanyak 75,49% atau 203.950.480 berstatus compromised. Artinya, anomali tersebut diindikasikan berhasil menginfeksi target,” kata Hinsa.
Dari seluruh anomali berstatus compromised, sambungnya, sebanyak 844.582 adalah ransomware, dan diantara yang terdeteksi terdapat juga jenis LockBit yang belum lama ini menyita perhatian publik.
“Bagi Indonesia, tren tersebut menjadi ancaman serius terhadap potensi ekonomi digital yang sangat besar dengan nilai 1.165 triliun rupiah pada tahun 2022 lalu, dan diprediksi meningkat menjadi 2.105 triliun rupiah pada tahun 2025 nanti,” jelas Hinsa.
Wakil Kepala Staf Angkatan Darat tahun 2017 itu berpesan, kita harus optimis tetapi tetap waspada agar perekonomian Indonesia tetap terjaga. Karena itu kita perlu bersikap adaptif serta memiliki daya tahan yang kuat dalam menghadapi kondisi ketidakpastian global yang terjadi saat ini.
Di mana tren keamanan siber menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir. Merujuk analisis Tren Micro tahun 2023, konvergensi tren di bidang keamanan siber banyak diwarnai dengan penggunaan teknologi cloud, artificial intelligence, machine learning, blockchain, quantum computing, serta perkembangan teknologi kriptografi.
“Manfaat dari teknologi-teknologi tersebut tentu mempengaruhi kehidupan kita seperti mudahnya membeli makanan, pesan kendaraan, bertemu orang-orang dan berbagi pengetahuan hanya dengan sekali “klik” melalui ponsel pintar kita. Namun, ancaman yang ada akibat penyalahgunaannya pun tidak boleh dilupakan,” ujar Hinsa.
Tahun 2021 misalnya, Know-Be-For (KnowB4) mencatat kerugian global yang disebabkan oleh ransomware sebesar 20 miliar dolar AS. Angka ini diprediksi meningkat lebih daru 13 kali lipat hingga 265 miliar dolar AS pada tahun 2031 apabila ransomware tidak ditangani dengan serius.
“Untuk itu, BSSN telah menyusun Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2023 tentang Strategi Keamanan Siber Nasional dan Manajemen Krisis Siber,” ungkapnya.
Strategi Keamanan Siber Nasional atau SKSN, urai Hinsa, adalah arah kebijakan nasional dalam menggunakan seluruh sumber daya siber nasional untuk mewujudkan keamanan siber, guna mempertahakan dan memajukan kepentingan nasional. Kebijakan ini nantinya melibatkan seluruh pemangku kepentingan (quadhelix) seperti penyelenggara negara, akademi, pelaku usaha, dan komunitas atau masyarakat dengan delapan fokus area.
Diantaranya tata kelola, manajemen risiko, kesiapsiagaan dan ketahanan, perlindungan infrastruktur informasi vital, kemandiran kriptografi nasional, pembangunan kapabilitas dan kapasitas, kebijakan keamanan siber, serta kerjasama internasional.
“Saya berharap forum bertema “Shielding Indonesia’s Digital Core For a Strong Cyber Future” menjadi sarana yang baik untuk berbagi informasi, ilmu pengetahuan, pengalaman, praktik terbaik, ide, dan gagasan untuk kemajuan dan keamanan digital Indonesia,” pungkas Hinsa menutup sambutannya.
Biro Hukum dan Komunikasi Publik BSSN 2023RM/YH