default.agungkdev.com

Kepala BSSN: Data dan Informasi Menjadi Aset yang Sangat Berharga dan Rentan terhadap Serangan Siber

Jakarta (BSSN.go.id) – Munculnya revolusi industri 4.0 membawa perubahan paradigma pada setiap lini bisnis. Segala arus informasi semakin cepat dan terbuka bagi siapapun tanpa mengenal batasan. Teknologi informasi membuat peta jalan dunia usaha harus menata ulang kembali visi bisnis ke depan. Akibatnya dunia usaha berlomba-lomba untuk mempercepat transformasi digital, baik skala individu, korporat, sampai dengan negara.

Akibat pandemi COVID-19 yang menyebar hampir di seluruh negara, mengakibatkan lesunya kondisi ekonomi dunia. Banyak aktivitas ekonomi terhenti karena terkendala oleh pembatasan kegiatan dan penerapan protokol kesehatan untuk menghindari penyebaran virus. Penggunaan teknologi informasi menjadi solusi utama dalam beraktivitas di era kenormalan baru.

“Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ini telah banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat, hampir seluruh kehidupan masyarakat saat ini telah bertransformasi ke digital. Digitalisasi telah menuntut seluruh masyarakat, baik yang hidup di lingkungan urban maupun rural uban/rural dalam mempraktekkan perilaku/kebiasaan online.” ujar Kepala Badan Siber dan Sandi Negara Republik Indonesia (BSSN RI), Hinsa Siburian dari ruang kerja kantor BSSN, Ragunan, saat menjadi keynote speaker Webinar Cyber Security yang diselenggarakan oleh PT. Sucofindo dengan tema Keamanan Informasi, Data Korporasi dan Data Pribadi di Era Digital secara daring pada Kamis (28/1).

Saat ini kita berada pada era revolusi industri generasi keempat. Revolusi industri 4.0 ini mengintegrasikan antara teknologi siber dan teknologi otomatisasi. Teknologi yang menjadi unsur utama revolusi industri 4.0 ini diantaranya adalah Internet of Things (IoT), Big Data, Artificial Intelligence, Addictive Manufacturing (3D printing), Cloud Computing, dan yang tidak kalah penting yaitu Cyber Security.

“Dalam implementasi revolusi industri 4.0, seluruh perangkat, mesin, sensor, dan sistem teknologi informasi berinteraksi melalui internet. Data dan informasi menjadi aset yang sangat berharga dan rentan terhadap serangan siber,” ungkap Hinsa.

Hinsa mengatakan, dalam suatu organisasi atau perusahaan terdapat aset informasi yang sangat berharga dan rentan terhadap serangan siber. Hal ini disebabkan hampir seluruh proses kegiatan dilakukan melalui teknologi di ruang siber. Selain menyasar teknologi sebagai faktor teknis, faktor lain yang kerap menjadi sasaran serangan siber adalah People dan Process. Faktor ini merupakan elemen keamanan siber yang saling berkaitan dan terintegrasi.

“Ketiga elemen tersebut tidak bisa dipisahkan dalam penerapan Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI). Setiap organisasi perlu menerapkan SMKI sebagai bagian dari Sistem Manajemen Organisasi/Perusahan dalam rangka meminimalisasi risiko yang ada. Penerapan SMKI mutlak diimplementasikan sebagai bagian dari Sistem Manajemen Organisasi dengan dukungan, partisipasi dan komitmen seluruh pemangku kepentingan organisasi/perusahaan yang meliputi pemilik, karyawan, mitra, dan klien. Implementasi SMKI yang berkesinambungan merupakan langkah preventif utama dalam menjamin keamanan informasi organisasi dari ancaman serangan siber,” ungkap Hinsa.

Menurut Hinsa, keamanan siber berperan penting menjadi fondasi dalam menjaga keamanan dan keterhubungan seluruh sistem. Keamanan siber merupakan produk dari hasil sinergi dan proses yang terus menerus dan berkelanjutan di antara semua pihak yang terkait. Keamanan siber berperan dalam memastikan aspek-aspek Confidentiality (kerahasiaan), Integrity (Keutuhan) dan Availability (Ketersediaan) terjamin dan terpenuhi.

“Fondasi keamanan siber itulah yang perlu diperkuat, disinergikan, dan dioptimalkan agar tingkat ketahanan siber Indonesia semakin kuat dalam menghadapi ancaman yang bersifat multi-dimensi, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri,” tutur Hinsa.

Lebih lanjut, Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN, Anton Setiawan yang hadir sebagai narasumber dengan membawakan tema Smart Digital Citizenship ini, juga membagikan tips terkait dalam bijak meninggalkan jejak digital, cerdas melindungi data pribadi diruang siber. Beberapa tips tersebut yaitu dengan membatasi informasi pribadi, saring sebelum sharing, password adalah kunci, perbaharui software dan aplikasi, enkripsi data rahasia dan sensitif, terapkan otentikasi berlapis, dan tingkatkan literasi dan kesadaran keamanan. “Ini adalah hal-hal mendasar yang ada dalam digital citizenship, ketika kita berperilaku aman di dunia siber,” ujar Anton.

Webinar Cyber Security yang bertujuan memperkenalkan keamanan siber untuk meningkatkan kesadaran pentingnya perlindungan infromasi, data korporasi dan data pribadi dari serangan siber ini, diikuti kurang lebih 250 partisipan yang terdiri dari perusahaan-perusahaan BUMN. Dibuka oleh Direktur Sumber Daya dan Pengembangan Bisnis PT. Sucofindo, Rozainbahri Noor; dan dihadiri narasumber lainnya seperti Sandiman Ahli Madya BSSN, Agus Prasetyo; Ahli Madya PT. Sucofindo, Batara Sibarani serta dimoderatori oleh Kepala Sucofindo Technology, Hotma Sibuea. (Dew/Yud)

Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat – BSSN

BERITA BSSN TERBARU