Jakarta, BSSN.go.id – Dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19, Sidang Tahunan Bersama MPR RI, DPR RI dan DPD RI serta Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo kali ini sangat berbeda dari periode sebelumnya. Sidang Tahunan dan Pidato Kenegaraan athun 2020 dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat. Tidak semua anggota legislatif, menteri, kepala badan atau lembaga, duta besar negara sahabat, hingga tokoh nasional dapat hadir secara fisik. Peserta dan tamu undangan yang hadir tidak kurang dari 50% dari jumlah kapasitas ruang acara dan harus dipastikan sudah menjalani swab test. Sesuai dengan kebijakan pemerintah tersebut, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian, mengikuti sidang tahunan tersebut dalam jaringan dari Kantor BSSN di Jalan RM. Harsono 70 Ragunan, Jakarta Selatan pada Jumat (14/8/2020).
Presiden Joko Widodo menyatakan pandemi Covid-19 membuat hampir seluruh negara di dunia mengalami krisis bahkan perekonomian negara maju mengalami minus hingga 17%. Kemunduran banyak negara besar tersebut merupakan momentum dan peluang untuk mengejar ketertinggalan.
“Ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang macet, sedang hang. Semua negara harus menjalani proses mati komputer sesaat, harus melakukan restart, harus melakukan rebooting,” ujar Joko Widodo.
Presiden mengajak semua pihak memanfaatkan momentum krisis untuk melakukan lompatan di bidang ekonomi. “Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar,” ucap Presiden.
Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, Hinsa Siburian juga percaya bahwa momentum saat ini merupakan saat yang tepat untuk berbenah secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar. Strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan.
“Krisis ini memaksa kita untuk menggeser channel cara kerja. Dari cara-cara normal menjadi cara-cara ekstra-normal. Dari cara-cara biasa menjadi cara-cara luar biasa. Dari prosedur panjang dan berbelit menjadi smart short cut. Dari orientasi prosedur menjadi orientasi hasil.”
“Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan,” pesan Presiden.
“Pola pikir dan etos kerja kita harus berubah. Fleksibilitas, kecepatan dan ketepatan sangat dibutuhkan. Efisiensi, kolaborasi dan penggunaan teknologi harus diprioritaskan. Kedisiplinan nasional dan produktivitas nasional harus ditingkatkan.”
“Saya ingin semua platform teknologi harus mendukung transformasi kemajuan bangsa. Peran media-digital yang saat ini sangat besar, harus diarahkan untuk membangun nilai-nilai kemanusian dan kebangsaan.”
Di hari yang sama, Joko Widodo juga menyampaikan Nota Keuangan atas RAPBN Tahun 2021 terkait Pemerintah menganggarkan Rp. 414 triliun untuk pembangunan infrastruktur dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021.
“Pembangunan infrastruktur tahun 2021 dianggarkan sekitar Rp. 414 triliun yang utamanya untuk pemulihan ekonomi, penyediaan layanan dasar, serta peningkatan konektivitas,” kata Presiden.
Presiden Joko Widodo memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2021 akan berada pada kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun depan diperkirakan masih akan ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi.
“Tingkat pertumbuhan ekonomi ini diharapkan didukung oleh peningkatan konsumsi domestik dan investasi sebagai motor penggerak utama. Ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 masih akan terjadi hingga tahun depan, baik global maupun domestik. Program pemulihan ekonomi akan terus dilanjutkan bersamaan dengan reformasi di berbagai bidang,” kata Presiden Joko Widodo.
Bagian Komunikasi Publik, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat-BSSN