Jakarta, BSSN.go.id – Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Republik Indonesia Komjen Pol. Drs Dharma Pongrekun, M.M., M.H, menjadi narasumber dalam sebuah diskusi bertema Peranan Sumpah Pemuda Dalam Kemerdekaan.
Dia bersama narasumber lainnya yakni Mayjen (Purn) TNI Saurip Kadi, Budi Djarot, Indra Sugandhi, dan Angela Hendriks, diskusi digelar di salah satu kafe di bilangan Jakarta Pusat, Kamis (31/10).
Dharma dalam diskusi tersebut mengungkap bahagia melihat generasi muda sangat peduli dengan masa depan bangsa dan negara Indonesia.
“Saya bicara di sini juga sebagai anak bangsa. Kita telah melihat, merasakan dan merenungkan kondisi Tanah Air kemarin, hari ini dan besok di tengah era globalisasi yang harus kita hadapi dan sikapi bersama,” kata Dharma membuka paparannya.
Menurutnya, skema rekayasa kehidupan yang sekarang sedang terjadi di seluruh dunia melingkupi unsur supra sistem, sistem dan sub sistem. Supra sistem atau life engineering ini dilakukan melalui sarana penggerak utama globalisasi, yaitu teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Wilayah supra sistem ini tidak disadari dan tidak diketahui oleh kita semua karena ini merupakan agenda tersembunyi dari kemajuan TIK.
“Globalisasi telah menjadikan TIK sebagai alat untuk mempercepat dan menyukseskan program skema rekayasa kehidupan. Dalam konteks ini, pola hubungan manusia dan teknologi tidak sekedar hubungan instrumental, namun telah menjadi hubungan substansial artifisial. Hal ini menyebabkan manusia perlahan mengarah menjadi teknologi itu sendiri, yang di mana teknologi masuk ke dalam jati diri kita, melekat, dan mengubah jati diri kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan,” jelas Dharma.
Selanjutnya, sambung Dharma, melalui teknologi informasi dan komunikasi diciptakan dan dipropagandakan suatu skema rekayasa ketakutan (fear engineering) secara masal yang menargetkan pada rekayasa konflik (conflict engineering) dengan salah satunya menciptakan informasi hoaks, kemudian rekayasa serangan (attack engineering) melalui serangan siber untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi, dan yang terakhir rekayasa kecerdasan (intelligence engineering) yang membuat sisi kemanusiaan digantikan dengan dengan kecerdasan teknologi.
Pada akhirnya proses rekayasa kehidupan diawali dari manipulasi cara berpikir manusia, yang membuat seseorang mengubah nilai-nilai, norma dan pedoman kehidupan berbangsa termasuk dengan berhubungan dengan Tuhan.
“Untuk itu, disinilah pentingnya peran pemuda, karena dalam jiwa pemuda memiliki potensi yang dapat diharapkan. Pemuda sebagai agen perubahan (agent of change) merupakan suatu keniscayaan, bahkan dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia berdirinya organisasi pemuda di masa penjajahan,” ujarnya, lanjut, “tercetusnya Sumpah Pemuda 1928 hingga peran pemuda dalam membantu memproklamirkan kemerdekaan. Terlebih jika semangat bercampur dengan pengetahuan dan diimplementasikan melalui tindakan maka akan terciptalah suatu perubahan.” (RM-YH)