Depok (14/7). Pandemik Covid-19 telah mengakselerasi terjadinya transformasi digital. Masyarakat dipaksa memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kenaikan end user dan trafik internet tersebut dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mencari keuntungan. Tercatat sejak bulan Januari–Juni 2020 terjadi anomali trafik sebanyak 149 juta lebih, angka tersebut lima kali lebih banyak dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2019. Dari total jumlah serangan tersebut, 54% merupakan serangan berbasis malware dan ditengarai banyak diantaranya memanfaatkan isu Covid-19 untuk mengelabui korban. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Utama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Syahrul Mubarak saat membuka webinar “Peningkatan Kualitas Deteksi Ancaman Siber Melalui Pusat Malware Nasional” pada hari Selasa (14/7/2020).
Syahrul menyatakan menyambut baik penyelenggaraan webinar sebagai langkah awal pengembangan Pusat Malware Nasional (Pusmanas), baik sebagai bagian dari peningkatan kemampuan BSSN dalam melakukan deteksi serangan siber secara nasional maupun sebagai upaya literasi masyarakat terkait risiko serangan malware yang digunakan untuk melakukan pencurian informasi sensitif dan finansial atau pemanfaatan sumber daya untuk melakukan tindak kejahatan siber lainnya.
“BSSN menyadari adanya tren serangan malware ke Indonesia yang terus meningkat dan menjadi salah satu penyebab terbesar terjadinya insiden siber di Indonesia namun belum ada basis data dan tata kelola yang dikelola pemerintah sehingga dapat digunakan oleh pemangku kepentingan keamanan siber sebagai acuan dalam mendeteksi dan memitigasi dampak serangan siber yang disebabkan oleh malware,” ujar Syahrul.
“Harapannya Pusmanas dapat mengintegrasikan sumber data malware dengan sumber data ancaman siber lainnya sebagai suatu cyber threat intelligence platform yang dapat diakses secara online dan realtime oleh para pemangku kepentingan keamanan siber di seluruh Indonesia,” tutur Syahrul.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Deteksi Ancaman BSSN, Sulistyo, keynote speaker dalam webinar tersebut menyampaikan materi “Peningkatan Kualitas Deteksi Ancaman Siber Melalui Pusat Malware Nasional.” Membuka paparan Sulistyo membedah perbedaan dan keunikan antara ranah siber dengan ruang konvensional. Sebagaimana pergerakan manusia atau barang keluar masuk otoritas perbatasan antar negara, tata kelola arus informasi di ranah siber juga membutuhkan pengaturan sehingga data yang keluar masuk Indonesia bisa dilakukan pengawasan.
Sulistyo berharap Indonesia bisa segera memiliki Pusat Malware Nasional, bukan sebagai suatu bentuk organisasi tetapi lebih sebagai repository database sekaligus tempat kajian/penelitian malware yang mampu menyediakan informasi prediksi ancaman potensial malware beserta taktik-teknik-prosedurnya beserta rekomendasi pencegahannya.
“Dengan adanya Pusmanas sebagai threat sharing platform maka deteksi dini (early warning) bagi stakeholder bisa terbentuk sehingga publik cyber situational awareness dapat ditingkatkan dan kecepatan tanggap darurat Indonesia pada serangan siber dalam bentuk malware dapat ditingkatkan,” pungkas Sulistyo.
Dalam kesempatan tersebut tiga panelis dari BSSN dihadirkan, Indra Adi Putra, Sandiman Muda pada Subdirektorat Deteksi Serangan Siber menyampaikan materi terkait “Malware Repository Framework sebagai Pengelolaan Malware yang Aman dan Terintegrasi.” Zendy Agung Permana, Sandiman Pertama pada Subdirektorat Deteksi Potensi Ancaman menyampaikan materi terkait “Cyber Threat Information Sharing,” dan Satrya Abdi Wijaya, Sandiman Muda pada Subdirektorat Deteksi Sosiokultural menyampaikan materi terkait “Pemanfaatan OSINT dalam Deteksi Dini Ancaman Siber.”
Bagian Komunikasi Publik, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat – BSSN