Jakarta, BSSN.go.id – Internet menjelma menjadi solusi pemenuhan berbagai kebutuhan hidup dimasa pandemi Covid-19. Namun selain sisi manfaat dan berbagai kemudahan yang ada juga terdapat risiko yang harus dipahami dan perhatikan oleh pengguna. Hal tersebut diutarakan oleh Kepala BSSN, Hinsa siburian, dari ruang kerja di kantor BSSN Jakarta Selatan saat menjadi narasumber webinar series bertema“Pentingnya Keamanan Siber dalam Dunia Bisnis di Era 4.0” yang diselenggarkan oleh Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Trisakti pada hari Sabtu (26/9/2020).
Mengawali paparan, Hinsa mengulas kembali amanat Presiden Joko Widodo pada tanggal 16 Agustus 2019 kepada BSSN untuk terus bersiaga menghadapi ancaman kejahatan siber.
“Presiden juga mengingatkan, bahwa kita harus tanggap dan siap saat ini dan dimasa yang akan datang terhadap kemungkinan terjadinya perang siber,” ujar Hinsa.
“Berbagai ancaman yang ada di ruang siber saat ini jika tidak diwaspadai dengan baik bisa digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menghancurkan bangsa ini,” tambah Hinsa.
“Tentu saja tidak hanya BSSN saja yang harus terus bersiaga tetapi semua pihak harus ikut melindungi dan mengamankan ruang siber kita secara bersama-sama,” tutup Hinsa.
Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN, Anton Setiawan, yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut menjelaskan tentang keamanan siber industry 4.0 dalam perspektif pembangunan SDM.
“Kenapa SDM menjadi penting dan bahkan menjadi priotas Presiden Jokowi? Pertama data, untuk melindungi data diperlukan SDM yang terampil dan menguasai ilmu pengetahuan,” ujar Anton.
Pada kesempatan tersebut Anton juga menjelaskan tentang prediksi Frost dan Sullivan pada tahun 2017.
“Frost dan Sullivan memprediksi pada tahun 2020 akan banyak terjadi serangan yang berjenis bots, malicious codes dan morphing dan ternyata prediksi tersebut benar, tahun ini malicious codes menduduki peringkat pertama jenis serangan siber.
“Mereka tidak hanya menyerang input atau network saja tetapi juga masuk ke dalam sistem melalui injeksi malicious codes. Jika kita tidak me-monitoring sistem kita dengan baik maka akan sangat berbahaya,” ujar Anton.
Terkait dengan kebutuhan tersebut Anton menjelaskan tentang Peta Okupasi Nasional Keamanan Siber.
“Survei BSSN di tahun 2019 menemukan sepuluh profesi yang menjadi trend di Indonesia diantaranya penetration tester, security analyst, IT security analyst, threat hunter, security engineer/IT eecurity engineer, chief security officer, network security analyst, IT security manager dan cyber defense forensic. Kemudia hasil survey tersebut kita susun menjadi Peta Okupasi Nasional Keamanan Siber,” imbuh Anton.
“Peta Okupasi Nasional Keamanan Siber tersebut menjadi dasar penyusunan strategi nasional untuk membangun SDM keamanan siber. Peta tersebut merupakan acuan lembaga pendidikan untuk mengembangkan kurikulum selain tentunya mengembangkan sertifikasi,” tutup Anton.
Webinar Series Universitas Trisakti diikut oleh 420 peserta yang terdiri dari mahasiswa S1 dan S2 serta civitas akademika Universitas Trisakti, pewakilan sektor pemerintah, Ikatan Alumni Lemhannas dan universitas lainnya. Hadir dalam acara tersebut PLH Direktur Magister Manajemen Pascasarjana Usakti, Prof. Dr. Dadan Umar Daihani, Kaprodi Magister Manajemen Pascasarjana Usakti, Prof. Dr. Syamsir Abduh dan Chaiman ofCISSReC, Dr. Pratama Pershada.
Bagian Komunikasi Publik, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat – BSSN