Yogyakarta, BSSN.go.id – BSSN bekerja sama dengan Huawei Indonesia melaksanakan kegiatan Product Security Incident Response Team (PSIRT) and Computer Security Incident Response Team (CSIRT) Management Workshop bertema “To Build Incident Management Team Capabilities” yang diikuti oleh perwakilan berbagai unit kerja BSSN yang diselenggarakan di Yogyakarta, 26 – 28 Oktober 2020.
Kegiatan tersebut merupakan salah satu implementasi dari Memorandum of Understanding antara BSSN dan Huawei Investment Technology. Acara workshop dibuka dengan kegiatan talk show Cyber Scout Hunt dengan tema “Cyber Attack Countermeasures” yang digelar secara daring dari Museum Sandi di Kotabaru, Yogyakarta yang diikuti oleh hampir 2000 pendaftar. Talk show diawali dengan sambutan Kepala BSSN, Deputi Bidang Penanggulangan dan Pemulihan BSSN dan CEO Huawei Indonesia.
Harapan dari kegiatan PSIRT and CSIRT Management Workshop yang berlangsung selama tiga hari tersebut adalah bertambahnya wawasan peserta pelatihan setelah mengikuti best-practices sharing keberhasilan penerapan PSIRT dan CSIRT di berbagai negara lain yang disampaikan oleh narasumber dari Sri Langka CERT’s Informasi Security sebagai perwakilan Asia Pacific CERT (APCERT) yang dihadirkan dalam workshop tersebut.
“Tanggap insiden merupakan tanggung jawab bersama yang perlu terus ditingkatkan melalui kolaborasi, sinergi dan information sharing, terutama dalam melakukan penanggulangan dan pemulihan insiden keamanan siber sehingga dapat memiliki visibilitas yang menyeluruh terhadap aset siber, guna melakukan aksi respons yang lebih cepat, menurunkan waktu respons dan juga waktu pemulihan,” ujar Direktur Penanggulangan dan Pemulihan Ekonomi Digital BSSN, Hasto Prastowo, yang turut mensupervisi kegiatan workshop tersebut.
Dalam kesempatan tersebut Hasto menyatakan, BSSN selalu terbuka melakukan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan keamanan siber dari manapun dalam menyelenggarakan kegiatan pelatihan serta edukasi serupa di masa mendatang.
“Pembentukan BSSN merupakan wujud keseriusan pemerintah dalam menghadapi transformasi digital Indonesia, peningkatan kerentanan dan ancaman keamanan siber. Berdasarkan data Pusopskamsinas BSSN pada periode Januari hingga awal Oktober tahun 2020 terdeteksi 325 juta lebih serangan siber ke Indonesia. Angka tersebut tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah serangan di periode yang sama pada tahun 2019,” tambah Hasto.
Hasto menyatakan, menyikapi ancaman serangan di ruang siber tersebut, BSSN berupaya membentuk CSIRT sebagai salah satu pelaksana keamanan siber di Indonesia. CSIRT merupakan organisasi atau tim yang bertanggung jawab untuk menerima, meninjau dan menanggapi laporan dan aktivitas insiden keamanan siber. CSIRT terdiri atas CSIRT Nasional atau Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional (Pusopskamsinas), CSIRT Sektoral pada pemerintahan Infrastruktur Informasi Kritikal Nasional dan Privat serta CSIRT Organisasi. Pada Tahun 2020 BSSN berencana membentuk 17 CSIRT yang terdiri 15 CSIRT pada sektor pemerintah, satu CSIRT pada sektor Infrastruktur Informasi Kritikal Nasional dan satu CSIRT pada sektor Ekonomi Digital/Akademik.
“Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024 telah mengamanatkan kegiatan pembentukan 121 CSIRT sebagai salah satu proyek prioritas strategis (Major Project). Selain di sektor pemerintahan, BSSN juga terus berupaya untuk mengembangkan CSIRT di sektor yang lain. Peran BSSN tidak berhenti sampai di situ, BSSN juga harus terus melakukan pembinaan berkelanjutan kepada CSIRT yang telah terbentuk,” ungkap Hasto.
“Pembentukan CSIRT ini juga merupakan upaya untuk mewujudkan World Class Cybersecurity BSSN. Untuk mewujudkan visi tersebut, BSSN membutuhkan berbagai sumber daya khususnya sumber daya manusia yang memiliki kapabilitas, profesional, berdedikasi tinggi dan berintegritas, salah satunya bisa diperoleh melalui kegiatan seperti ini,” pungkas Hasto.
Bagian Komunikasi Publik, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat – BSSN
