Depok, BSSN.go.id – Dinamika perubahan lingkungan strategis ranah siber berpengaruh pada berbagai elemen dunia nyata termasuk sektor pendidikan. Perkembangan teknologi dan pandemi Covid-19 juga memberikan pengaruh yang signifikan pada sektor pendidikan. Berbagai hal tersebut disampaikan oleh Direktur Penanggulangan dan Pemulihan Ekonomi Digital BSSN, Hasto Prastowo, saat membuka webinar Pembentukan CSIRT Sektor Akademik di Kantor BSSN Depok, Jawa Barat pada Selasa (20/10/2020).
Dalam rangka membangun kemandirian bangsa Indonesia terkait kesiapan menghadapi ancaman siber serta menjaga keamanan siber khususnya di dunia pendidikan, Direktorat Penanggulangan dan Pemulihan Ekonomi Digital BSSN bersama Academic Computer Security Incident Response Team (ACAD-CSIRT) dan Edu-CSIRT Kemendikbud menggelar Sharing Session Asistensi Pembentukan CSIRT Sektor Akademik.
“Penyelenggara pendidikan berbasis online harus benar-benar memahami tantangan serta risiko yang mungkin terjadi dalam memanfaatkan cloud platform. Terkait dengan hal tersebut, BSSN membentuk CSIRT sebagai pelaksana keamanan siber diberbagai sektor termasuk sektor pendidikan. CSIRT tersebut merupakan tim yang bertanggung jawab untuk menerima, meninjau dan menanggapi laporan dan aktivitas insiden keamanan siber di lingkungan sektor pendidikan,” tegas Hasto.
Hasto menambahkan CSIRT tidak dapat berdiri sendiri. CSIRT membutuhkan kolaborasi dan sinergi dalam menyelesaikan insiden siber agar bisa dilakukan secara efektif dan efisien.
Selanjutnya Ketua ACAD-CSIRT, I Gusti Njoman Mantra, memaparkan tentang perkembangan ACAD-CSIRT.
“Sejak 2009, kami memberikan security awareness kepada civitas akademika berbagai kampus di Indonesia. Hingga saat ini kami beranggotakan kurang lebih 50 kampus. Selain itu ACAD-CSIRT juga berkolaborasi dengan Computer Emergency Response Team Nasional seperti ID-SRTII, ID-CERT dan GOV-CSIRT. ACAD-CSIRT juga bekerjasama dengan komunitas lokal dan nasional seperti Honeynet, OWASP, APTIKOM, ID-Forensics, FOSS dan ICAD,” ujar Mantra.
Mantra menuturkan ACAD-CSIRT aktif mengembangkan penelitian di berbagai kampus, instansi pemerintah dan kalangan industri. Mantra berharapan setiap universitas dapat memiliki POC dan CSIRT agar jumlah dan mutu penelitian bidang keamanan informasi dan network security di Indonesia dapat terus ditingkatkan.
Narasumber dari EduCSIRT Kemendikbud, Dwi Sumarwanto, menyatakan Edu-CISRT sudah memiliki laboratorium keamanan data dan informasi.
“Kemendikbud sudah memilikil laboratorium mandiri sebagai tempat layanan pengujian kerentanan aplikasi dan infrastruktur jaringan yang dikembangkan di lingkungan Kemendikbud. Kami terus meningkatkan kemampuan seluruh satuan kerja di lingkungan Kemendikbud selain tentunya juga terus meningkatkan mutu layanan dan keamanan TIK Kemandikbud dari ancaman serangan siber,” ujar Sumarwanto.
Sumarwanto menyatakan Edu-CSIRT tidak hanya mendokumentasikan insiden keamanan siber yang terjadi di lingkungan Kemendikbud tapi juga kemudian meneruskan informasi tentang insiden tersebut kepada pihak eksternal yang berkompeten untuk turut menelaah dan memberikan solusi alternatif atas insiden keamanan informasi tersebut sehingga bisa didapatkan langkah penanggulangan yang paling baik, efektif dan efisien.
Dalam kesempatan tersebut Kepala Subdirektorat Penanggulangan dan Pemulihan Infrastruktur Informasi E-Business, BSSN Lukman Nul Hakim mengajak peserta webinar kolaborasi dengan berbagi informasi insiden siber dengan BSSN.
“Civitas akademika bisa memberikan laporan kepada BSSN bila mengalami insiden serangan siber dengan menyertakan bukti berupa file gambar/screenshot, log maupun file lain yang bisa digunakan sebagai bukti pendukung. Pembentukan CSIRT Sektor Akademik diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya membangun kemandirian serta kesiapan bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman insiden siber,” tutup Lukman.
Bagian Komunikasi Publik, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat – BSSN
