BSSN menjadi delegasi Indonesia bersama beberapa intansi lain yaitu Kemenhan, Kemenko Polhukam, Kemenko Bidang Maritim, Mabes TNI, BIN, dan Lemhannas, turut menghadiri kegiatan 18thInternational Institute for Strategic Studies (IISS)Shangri-La Dialogueyang berlangsung pada tanggal 31 Mei hingga 2 Juni 2019 di Singapura. Kegiatan tersebut dibuka oleh Perdana Menteri (PM) Singapura, Lee Hsien Loong.
Forum IISS Shangri-La Dialogue merupakan forum yang menjadi platformbagi para pengambil kebijakan keamanan di kawasan untuk membahas berbagai tantangan keamanan regional dan global. Telah hadir pula Menteri Pertahanan, Panglima Militer dan staf ahli dari 30 negara. Dalam forum tersebut, turut membahas isu keamanan siber pada salah satu sesi khusus yang diselenggarakan secara simultan, yaitu dengan tema Cyber-Capability Development : Defence Implications.
Tema tersebut dipilih berdasarkan isu aktual saat ini mengenai keamanan siber pada bidang pertahanan. Di mana selama dua dekade ini, perkembangan teknologi di ruang siber menjadi kemampuan penting dalam bidang pertahanan, khususnya militer. Baik dengan tujuan untuk mencegah atau bertahan terhadap serangan dan memerangi musuh negara (state actor) atau mengalahkan lawan bukan negara (non-state actor). Sebagian besar negara telah mengembangkan kemampuan siber nasional, termasuk berbagai sistem dalam kemiliteran. Pada sesi ini akan mengeksplorasi implikasi doktrin, operasional, dan organisasi dari kemampuan yang muncul untuk membangun pertahanan. Selain itu juga akan mengetahui dampak dari perbedaan kemampuan siber pada negara-negara mitra dan aliansi.
Kepala BSSN yang diwakili oleh Plt. Deputi Bidang Proteksi, Agung Nugraha, S.IP.,M.Si (Han)menjadi salah satu pembicara dalam sesi tersebut, bersama dengan keempat pembicara lainnya, diantaranya adalah Kepala Cyber Security Agency (CSA), David Koh, Direktur National Security Agency (NSA), Jenderal Paul Nakasone, Senior Military Advisor, Common Security and Defence Policy, European External Action Service, Air Commodore John Maas, dan Professor of Research Center for Crisis Management, National Defence University, Senior Colonel Xu Mansh
Indonesia yang diwakili oleh BSSN menyampaikan opening commentselama kurang lebih tiga menit. Dalam pembicaraannya, BSSN menyampaikan bahwa perkembangan teknologi yang tengah memasuki revolusi industri keempat memiliki risiko. Oleh karena itu, pemerintah harus fokus pada hal tersebut, terutama platformmedia sosial yang dapat disalahgunakan untuk mengancam keamanan nasional melalui bentuk terorisme, kejahatan siber, berita palsu, dan konten negatif lainnya. Hal tersebut merupakan tantangan, dimana menangani media sosial sebagai bagian dari demokrasi untuk mempromosikan inklusif, dan juga, pada saat yang sama, ketahanan.
Selain itu, disampaikan pula bahwa peningkatan kemampuan siber bagi aparat pertahanan di kawasan Asia-Pasifik perlu dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Mempertimbangkan berbagai tingkat kemampuan siber di kawasan yang masih beragam, maka diperlukan peningkatan kemampuan melalui kolaborasi dengan negara-negara mitra di kawasan. Indonesia fokus kepada diplomasi siber untuk mengurangi insiden dan mencegah eskalasi konflik di antara negara-negara, dan keberadaan pemerintah sebagai perwakilan negara untuk pemangku kepentingan lainnya, termasuk non-state actordapat dimanfaatkan sebagai kolaborator untuk menciptakan dunia yang lebih aman dan makmur.
Kegiatan IISS Shangri-La Dialogue juga memfasilitasi pertemuan bilateral guna menghasilkan solusi terhadap tantangan isu keamanan. BSSN turut mendamping Menteri Pertahanan dalam pertemuan bilateral dengan Kerajaan Inggris. Pertemuan tersebut membahas mengenai kerja sama yang telah dilakukan Indonesia di bidang penanganan terorisme di kawasan serta dukungan yang telah diberikan oleh negara-negara sahabat.