Tobasa (12/3). Keamanan siber merupakan proses yang melibatkan aspek sumber daya manusia, proses dan teknologi. Ketiga aspek tersebut harus seimbang, selain proses, aspek sumber daya manusia juga harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi tutur Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian dalam sambutan penandatanganan kesepakatan kerja sama antara BSSN dengan Institute Teknologi DEL.
Hinsa Siburian dengan Rektor Institute Teknologi Del, Togar M. Simatupang, disaksikan Ketua Yayasan Institute Teknologi Del Luhut Binsar Panjaitan dan peserta Seminar Internasional Sustainable Touristm and Water Quality In Lake Toba menandatangani kesepakatan kerja sama bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat di Institute Teknologi DEL Tobasa, 12 Maret 2020.
Hinsa Siburian menyatakan perkembangan teknologi dan konektivitas digital di Indonesia menjadikan data menjadi aset tak ternilai yang harus diamankan oleh negara. Data yang terdapat pada perangkat yang dimiliki setiap individu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ruang siber. Perlindungan data di ruang siber merupakan tugas dan tanggung jawab pokok BSSN.
Data Laporan Serangan Siber Tahun 2019 Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional BSSN menyatakan lebih dari 296 juta percobaan serangan siber diarahkan ke Indonesia. Jenis serangan siber terbesar adalah malware. Berkaca pada ransomware WannaCry pernah menyerang dua infrastruktur kritis nasional sektor kesehatan di wilayah Jakarta, BSSN menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkuat keamanan siber Indonesia.
Hinsa Siburian menyatakan hingga saat ini, BSSN telah menjalin kesepakatan kerja sama dengan 23 instansi pemerintah daerah, kementerian/lembaga, perusahaan serta institusi pendidikan. Hinsa Siburian berharap kesepakatan kerja sama tersebut dapat segera direalisasikan utamanya terkait pengembangan riset dan teknologi serta penguatan sumber daya manusia yang ada di lingkungan BSSN dan Institut Teknologi Del.