Denpasar, BSSN.go.id – Badan Siber dan Sandi Negara Republik Indonesia (BSSN RI) menyelenggarakan bimbingan teknis keamanan informasi bagi pengembang aplikasi rintisan usaha (Startup) digital guna mendorong pertumbuhan ekonomi digital tanah air, sekaligus upaya dalam menghadapi tantangan keamanan siber kedepan. Bimtek dilaksanakan di Hotel Prime Plaza Bali, pada Kamis (17/06/2021).
Acara yang mengusung tema “Bimbingan Teknis Keamanan Informasi Bagi Pengembang Startup Digital”, itu menghadirkan dua narasumber yang berasal dari praktisi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yakni Yohanes Priyo Atmojo dan I Gede Putu Krisna Juliharta, serta diikuti oleh 42 orang peserta yang berasal dari kota Denpasar dan sekitarnya.
“Dengan menegakkan protokol kesehatan Covid-19 dalam pelaksanaannya, kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Secure Coding 2021 yang diselenggarakan di sejumlah kota besar di Indonesia, dan Denpasar menjadi kota ke-5,” kata Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN RI, Retno Artinah Suryandari.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dibuatnya program ini bertujuan untuk memberikan wawasan bagi para pengembang aplikasi startup digital agar dapat menerapkan aspek-aspek keamanan pada setiap aplikasi yang dibangun serta meminimalisir risiko kerentanan siber yang ada, sehingga diharapkan startup yang berada di kota Denpasar dapat tumbuh berkembang secara aman dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi digital nasional.
Seperti yang kita ketahui, ekonomi digital Indonesia memiliki proyeksi yang positif dalam satu dekade ke depan, tercatat ekonomi digital memberikan kontribusi sebesar 4%, dan diprediksi pada tahun 2030 akan meningkat hingga 19% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional. Proyeksi tersebut tentu dipengaruhi oleh sejumlah potensi yang dimiliki Indonesia.
Pun berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), di mana pengguna internet di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Ditambah lagi dengan kondisi Pandemi yang mengharuskan adanya pembatasan kontak fisik, secara tidak langsung mematangkan tingkat adopsi digital masyarakat serta mengakselerasi berbagai sektor untuk melakukan transformasi digital. Hal itu tentu saja berdampak pada meningkatnya transaksi ekonomi digital.
“Oleh sebab itu, untuk menyikapi ekonomi digital yang terus mengalami perkembangan, kita perlu memperhatikan dengan seksama bahwa ada sejumlah ancaman yang dapat menghambat keberhasilan ekonomi digital di Indonesia. Diantaranya adalah insiden kebocoran data yang terjadi pada salah satu market place ditahun 2020, di mana tercatat 91 juta data berupa identitas pengguna bocor di internet,” ujarnya.
Selain itu, sambungnya, kasus kebocoran data juga terjadi pada beberapa perusahaan rintisan. Tercatat oleh Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional BSSN RI, sebanyak 79.439 akun mengalami kebocoran data yang disebabkan oleh Malware selama tahun 2020 kemarin, dan umumnya kasus itu terjadi karena kesalahan konfigurasi.
“Untuk itu, saya berharap bimtek ini menjadi ajang bagi Bapak-Ibu dalam menggali ilmu sedalam-dalamnya dari kedua narasumber kita, sehingga kita dapat mengimplementasikannya secara langsung terkait aspek-aspek keamanan yang ada di aplikasi,” tutur Retno.
Menutup sambutannya, ia mengingatkan, karena keamanan siber bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab para pelaku usaha beserta masyarakat, sehingga dalam implementasinya diperlukan kolaborasi dari seluruh pihak demi mewujudkan ruang siber yang aman dan nyaman.
“Semoga usai diselenggarakannya bimtek ini, tercipta komunikasi yang baik antar entitas khususnya dalam ekosistem ekonomi digital,” tutup Retno. (Rim/Yud)
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat – BSSN