Pekanbaru, BSSN.go.id – Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Republik Indonesia Komjen Pol Dharma Pongrekun mengisi acara Seminar Kebangsaan Bagi Generasi Muda di GBI, Pekanbaru, Sabtu (26/10).
Dalam paparannya mengenai Tantangan Generasi Muda Menghadapi Era Keterbukaan dan Goncangan Global, Dharma menyampaikan bagaimana pengaruh kemajuan dari teknologi yang memasuki era keterbukaan dan arus globalisasi telah membawa bangsa Indonesia ke dalam sistem dunia yang lebih besar dan tidak terbatas.
“Globalisasi menjadi alat untuk mengkoneksi secara global seluruh aspek meliputi ekonomi, sosial, budaya dan politik yang membuat setiap orang mampu mengakses informasi baik dalam bentuk gambar, tulisan, maupun video secara bebas dan tanpa batas,” kata Dharma.
Ia mengatakan, globalisasi memiliki tiga program besar, yaitu money, power dan control. Program money, sudah sukses dengan bersatunya sistem ekonomi seluruh dunia. Lalu Program power, masuknya sistem global ke dalam sistem dan struktur pemerintahan di seluruh dunia. Kemudian yang ketiga, program control hampir seluruh manusia di dunia dikendalikan pola kehidupannya melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Rekayasa kehidupan (life engineering) tersebut, kata Dharma, dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) sejak dunia diciptakan.
“Di era modern, rekayasa kehidupan dilakukan melalui fase-fase revolusi industri, yang akhirnya bermuara pada bertemunya teknologi informasi dan teknologi komunikasi melalui internet sekitar 20-30 tahun lalu. Sejak itulah globalisasi menjadi gelombang yang sangat dahsyat dan tidak bisa dihindari,” ucapnya.
Menyambung paparannya, Dharma menjelaskan, saat ini seluruh aspek kehidupan manusia terhubung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
“Sekarang ini sarana TIK yang begitu masif dipakai manusia sehari-hari adalah smartphone. Alat ini memang didesain menyajikan kecepatan dan kemudahan sehingga diterima manusia secara luas. Secara natural, manusia memang menyukai hal yang praktis sehingga alat ini diterima secara masif. Namun, di dalam alat disisipi aplikasi-aplikasi yang memiliki kemewahan, pornografi dan candu,” jelasnya.
Diungkapkannya, dibalik segala kemudahan teknologi informasi yang ada, kemajuan teknologi juga memiliki risiko dan ancaman. Teknologi tersebut juga digunakan oleh berbagai negara untuk memenangkan persaingan global. Di titik itulah perang sebagai bentuk puncak persaingan antar negara turut berevolusi. Peperangan kini tidak hanya terkait dengan kontak fisik dengan senjata konvensional, peperangan kini telah berkembang menjadi perang siber atau informasi yang berbasis pada pengunaan teknologi informasi dan komunikasi.
“Serangan siber kini telah berkembang sampai pada tahap mampu melumpuhkan sebagian atau seluruh siber nasional karena sifatnya yang mengancam jiwa manusia, kestabilan ekonomi, politik, sosial budaya dan kedaulatan negara sehingga dapat membuat Indonesia mengalami krisis siber,” ungkap Dharma.
Menanggapi fakta tersebut, Wakil Kepala BSSN menegaskan negara harus hadir untuk mengantisipasi dan siap bahu-membahu bersama seluruh rakyat indonesia menghadapi segala dampak negatif dari sistem globalisasi. Langkah dalam menghadapi ancaman dari sistem globalisasi suatu negara adalah dengan memperkuat ketahanan nasional dengan kembali kepada Pancasila, UUD 1945 dan Kebhinekaan yang harus di jaga keutuhannya.
Dharma juga mengajak pada peserta seminar yang hadir dari berbagai elemen masyarakat, akademisi, mahasiswa dan perwakilan organisasi masyarakat, agar kembali kepada jati diri sebagai mahluk ciptaan tuhan yang maha kuasa.
“Hanya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dapat menetralisir segala dampak negatif dari sistem globalisasi dan menyelamatkan diri kita sendiri dan tanah air kita dari proses kehancuran kehidupan secara global,” kata Dharma di seminar yang dihadiri oleh Kapolda Riau, Irjen. Pol. Agung Setya Imam Effendi. (RM-YH)