Jakarta (8/7) – Bertempat di Hotel Borobudur Jakarta, Universitas Pertahanan (UNHAN) menggelar seminar internasional dengan tajuk “Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS) 2019”. Seminar dibuka oleh Menteri Pertahanan RI Jendral TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu yang sekaligus menjadi keynote speaker didampingi Rektor UNHAN, Letjen TNI Dr. Tri Legionosuko, S. IP., M.AP. Seminar ini mengundang para pakar pertahanan sebagai pembicara dari Eropa, Amerika dan Asia. IIDSS menjadi agenda bergengsi di dunia pertahanan, khususnya di Indonesia, yang hanya digelar oleh UNHAN. Seminar internasional menyuguhkan tema ‘Enhacing Defense Cooperation to Deal with Terroorism, Cyber Threats anf Natural Disaster”
Dalam sambutannya, Menhan RI menyampaikan bahwa seminar kali ini mempertemukan berbagai kalangan akademisi serta praktisi yang profesional dibidangnya sehingga diharapkan tersampaikannya informasi ter-update terkait tema seminar dan muncul ide-ide konstruktif yang dibangun atas dasar kejujuran akademis.
IIDSS juga mengundang para duta besar negara sahabat, atase pertahanan, kepala organisasi internasional dan lembaga think tank dari berbagai negara dunia, serta pengamat militer.
Dalam kesempatannya sebagai pembicara, Hinsa Siburian Kepala Badan Siber dan Sandi Negara memaparkan bagaimana cara kita hidup dengan cara pandang prespektif, paradigma wawasan siber nasional dan dimana kita semua memposisikan siber teror yang dikategorikan sebagai serangan siber. “Ancaman terhadap kemanan siber nasional adalah ancaman nyata. Terlebih dari sebuah pola bentuk ancaman siber baik yang bersifat physic dan non physical.” Ujarnya.
Kepala BSSN menyampaian “Keamanan siber hendaknya dipandang sebagai sebuah proses bisnis yang objektif, terkandung suatu siklus dan akuntabilitas menjadi penting, dan kepercayaan harus hadir. Harus dipastikan dari jaringan siber yang eksis dan tergelar tidak ada data-data yang sekian banyak jumlahnya bocor atau dicuri. Perencanaan keamanan siber juga hendaknya diawali dengan cara menghitung dan mengukur faktor resiko yang bernilai strategis terhadap semua jenis jaringan infrastruktur kritikal nasional, bila perlu diuji dan dilatih secara berkala tanpa ada rasa gengsi.”
Setelah narasumber paparan dilanjutkan dengan sesi diskusi yang diikuti oleh peserta seminar, yang diharapkan dapat memberikan masukan-masukan yang konstruktif bagi perkembangan pertahanan di Indonesia dan kawasan.