Jakarta, 21 Maret 2019.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Honeynet: Deteksi dan Serangan Siber pada hari Kamis-Jumat tanggal 21-22 Maret 2019 di Jakarta. Acara ini dihadiri oleh multi stakeholder BSSN dari sektor pemerintah, swasta dan kampus.
FGD dibuka oleh Deputi Bidang Identifikasi dan Deteksi BSSN, Irjen Pol Drs. Dharma Pongrekun, SH, M.M, M.H. Dalam sambutannya Dharma menyampaikan bahwa BSSN ingin menjadi kompas bagi bangsa Indonesia untuk mengetahui lanskap siber dunia dengan membuat sistem deteksi dini serangan siber. “Honeynet projects merupakan bentuk deteksi dini keamanan siber di Indonesia. Sistem ini akan terus ditingkatkan supaya semakin baik. Dalam rangka pengembangan Honeynet, BSSN akan bekerja sama dengan melibatkan multi stakholders yang saat ini hadir dalam FGD” kata Deputi I BSSN.
Hadir sebagai narasumber pakar keamanan siber antara lain Charles Lim, Head of Cyber Security Swiss German University, Mario Marcello dari Indonesia Honeynet Projects dan Andi Yusuf, Kasubdit Deteksi Serangan Siber BSSN.
Kegiatan pengembangan Honeynet nasional merupakan salah satu pendukung infrastruktur keamanan informasi yang telah diinisiasi oleh BSSN. Dari kegiatan ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang peta kerawanan siber di Indonesia, cara antisipasi dan pelaporannya serta meningkatkan partisipasi stakeholder dalam program Honeynet projects untuk ikut menjaga ranah siber yang sehat di Indonesia.
BSSN juga telah meluncurkan situs resmi www.honeynet.bssn.go.id. Di situs tersebut, masyarakat bisa melihat peta dunia yang menggambarkan intensitas serangan yang masuk ke Indonesia, peta Indonesia yang menggambarkan tingkat serangan siber setiap provinsi, dan tren malware (memperlihatkan jenis malware yang paling banyak menyerang Indonesia). Selain itu, data lain yang ditampilkan dalam situs tersebut adalah live feed (memperlihatkan informasi serangan siber yang terjadi secara real time), peringkat serangan (memperlihatkan asal serangan siber yang paling banyak melakukan serangan ke Indonesia), dan rentang waktu (memperlihatkan grafik intensitas jumlah serangan yang terjadi per satuan waktu).
Data-data ini diharapkan bisa dimanfaatkan oleh publik mengenai ancaman siber secara nasional maupun global, sehingga dapat dijadikan sebagai informasi dan prediksi jenis serangan dengan diketahui identitas penyerang, behaviour penyerang, serta metode kebutuhan untuk penanggulangan berdasarkan hasil deteksi melalui Honeynet Project. (IR)